Jumlah Yang Mampir........

Rabu, 06 Agustus 2008

Aku Hamil, Tuhan

Hamil!!!

Aku tidak mau hamil, tidak saat ini.

Hamil merupakan hal yang paling aku takuti, apalagi dengan statusku yang belum menikah. Saat proses penyatuan dua kutub itu terjadi, tak terpikir olehku tentang kehamilan, apalagi tentang dosa. Saat itu aku hanya merasakan keajaiban, ketenangan dan kepuasan, seakan terbang ke nirwana. Aku dan dia, dua insan yang penuh cinta mulai menari di atas khayangan bersama para bidadari.

Malam itu, cinta kami bersatu dan raga kamipun menyatu. Aku menyusuri tiap lekukan tubuhnya dengan cintaku, tak kubiarkan matanya berpaling dari mataku dan tubuhku hingga kami sama-sama terlena dalam buaian asmara. Gerakan kami yang semula lembut dan pelan, berubah menjadi liar dan semakin tak beraturan. Cepat dan semakin menggebu seiring hentakan musik RnB yang mengiringi desahan nafas kami berdua. Terbang dan terus terbang ke langit ketujuh, sampai akhirnya aku tersentak. “Oh Tuhan, inikah rasanya bercinta? Mengapa begitu nikmat? Sejuta rasa mendera bersama mengalirnya darah keseluruh tubuhku, hingga akhirnya kami terlelap.

Saat aku bangun, aku baru sadar apa yang telah terjadi semalam.

“ Sayang, apa yang telah kita lakukan?” tanyaku

“ Tidak ada.. Kita hanya menyatukan cinta kita!” katanya singkat

“ Kenapa tidak kamu cegah? “ desakku lagi

“ Cegah?? Mana mungkin aku mencegah hal yang paling indah dan paling nikmat yang pernah kamu berikan kepadaku? Ini adalah bukti dan tanda bahwa kita saling mencintai. Tubuh kita telah menyatu, sayang!” katanya meyakinkan.

“ Tapi tidak harus seperti itu. Hal itu bukanlah apresiasi cinta! aku tidak pernah meragukan cintamu, walaupun tanpa ada penyatuan tubuh dan keringat .” Mataku berair menahan tangis

“ Aduh... kamu terlalu naïf. Sekarang aku tanya ke kamu, kenapa harus ada sebutan malam pertama untuk pasangan pengantin, karena malam itu merupakan malam dimana mereka dapat melakukan hubungan intim, menyatukan tubuh, keringat, gairah, nafsu dan berjuang bersama-sama untuk mencapai kenikmatan tertinggi. Apa kamu tidak menginginkan rasa itu? ”

“ Yah, karena mereka saling mencintai dan perbuatan mereka di halalkan oleh Tuhan, sedangkan kita? Perbuatan kita tidak dihalalkan oleh Tuhan. Itu yang membuat kita berbeda dengan orang yang telah menikah.”, kupertahankan egoku.

“ Tidak ada bedanya, sayang. Toh cinta kita murni, tulus dan aku yakin Tuhan sendiri lah yang akan menghalalkan perbuatan kita. Tuhan yang telah menikahkan kita, Dia tahu cinta kita murni dan tulus adanya. Apa kamu lupa, aku sudah menikahimu dihadapan Tuhan.”

“ Tapi aku takut hamil! Apa yang harus aku lakukan kalau aku hamil? Bagaimana dengan orangtuaku? Mereka pasti akan shock dan memakiku habis-habisan dan pasti aku akan diusir oleh mereka. Bagaimana ini??”

“ Tenang sayang, ada aku! Nanti kita cari jalan, aku pasti akan bertanggung jawab. Kita akan menikah, sayang. “ dia peluk aku dan mencium keningku, hingga emosiku sedikit mereda.

“ Tidak semudah itu. Apa kata orang jika aku menikah karena hamil terlebih dahulu? Aku malu... Tentu semua orang tak akan ada hentinya membicarakanku.. ”, tanyaku masih denan airmata yang menggenang di pelupuk mataku.

“ Kamu jangan nakut-nakutin aku dong. Kan belum tentu juga kamu hamil. Pokoknya sekarang kamu tenang aja yah sayang, aku pasti akan cari cara biar kamu ga hamil. “

“ Dengar, aku bisa gila jika aku hamil di luar nikah. Ibuku akan membunuhku. Tidak mungkin aku menikah karena hamil. Pernikahanku haruslah sebuah pesta terhormat dan terpandang, bukan karena kecelakaan. “

“ Sayang, tenanglah!!! Lihat aku, kamu harus tenang. Kita akan menghadapi semuanya bersama-sama.”

------------

Setelah kejadian itu, kurasakan hari berjalan sangat lambat buatku.Apalagi saat menjelang hari ketiga, kecemasan dan kekhawatiran bahwa aku akan hamil, semakin mendera batinku. Tak ada hentinya aku mengumpat perbuatanku malam itu. Tiap haripun aku selalu memanjatkan doa kepada Tuhan, berharap agar tak terjadi pembuahan di dalam rahimku.

Aku tahu, aku egois...aku munafik. Disaat terpojok dan tersudut, baru aku lari kepada Tuhan. Berulang kali kuucapkan kata tobat. “Yah Tuhan, baru pertama kali aku melakukan dosa ini, janganlah Engkau beri nyawa dari penyatuan tubuh kami”, itulah doa yang kupanjatkan setiap hari. Tiba-tiba aku sontak berubah menjadi manusia yang taat dan rajin beribadah. Tak pernah aku berhenti berdoa dan memohon kepada Tuhan. Dengan ke-PD anku, aku yakin Tuhan akan mendengar doaku dan pembuahan itupun tak akan pernah terjadi, hingga aku tak perlu menanggung rasa malu. Kehormatan orang tuaku pun akan tetap terjaga di lingkungan sekitarku.

Segala cara aku lakukan agar tidak terjadi pembuahan di rahimku. Aku mulai mengingat dan menghitung kapan terakhir kali aku haid. Setiap malam aku gelisah dan tak bisa tidur. Aku tak lagi memiliki nafsu makan, tak lagi memiliki gairah untuk berbicara, tertawa apalagi bercumbu. Semua rasa yang pernah aku miliki sebelumnya seakan mati begitu saja, karena kekhawatiranku yang mendalam. Aku cuma berpikir dan terus berdoa agar aku mendapatkan haid. Belum pernah aku begitu menantikan datangnya haid disepanjang hidupku.

Perempuan mana yang peduli kapan dia akan haid. Mereka baru akan sadar bahwa mereka akan datang ‘bulan’ saat nafsu makan mereka mendadak heboh, mulai marah-marah dan sensitif tak karuan. Payudara pun mulai mengencang dan membesar, yang mana jika kesenggol sedikit saja pasti rasanya ingin menampar orang yang menyenggolnya. Perut mulai keram, sakit tanpa sebab. Baru deh para perempuan mulai merasa, inilah tanda datangnya haid dan kira-kira dua atau tiga hari kemudian, datanglah ‘bulan’ yang ditunggu-tunggu itu.

Tapi bagi perempuan yang pertama kali melakukan hubungan intim seperti aku, mungkin datangnya haid adalah hal terindah yang sangat dinantikan. Apalagi saat itu kami melakukannya tanpa menggunakan pengaman.

Setiap hari merupakan siksaan buatku. Cemas, khawatir, gelisah, bingung, sedih, marah,semua rasa itu menyerangku tanpa ampun tiap hari. Bahkan rasa bahagia saat mengingat cinta kami yang kuat, tetap tak dapat mengalahkan semua energi negatifku saat itu. Semuanya semu dan aku mulai membenci gairah yang aku miliki. Aku mulai muak dengan rasa cinta. tak henti aku bertanya, kenapa harus ada cinta dan gairah pada diri manusia. Sudah bertahun-tahun lamanya aku dapat menjaga hawa nafsuku dengan baik, tapi akhirnya aku kalah oleh itu semua.

Hari berganti bulan dan aku mulai malu dengan Tuhan. Aku malu dengan diriku dan akupun mulai membenci diriku sendiri. Sampai suatu hari, dia, orang yang kusayang datang dan berkata,

“ Sayang, kemarin aku tanya ke tukang jamu langgananku tentang cara ampuh agar wanita tidak hamil.”

Aku yang saat itu sedang dilanda kegelisahanpun seakan mendapat pencerahan sedikit, dan tak sabar untuk mengetahui cara ampuh itu, “Oh ya? Gimana? Apa kamu yakin itu ampuh ?”

“ Kita cobalah. Namanya juga usaha. Aku stres lihat kamu gelisah setiap hari”

“ Apa caranya?” tanyaku penasaran.

“ Coba kamu minum asam jawa ini setiap hari, jadi vagina kamu akan basah terus, karena kandungan asamnya banyak.” Jawabnya sambil menyodorkan segelas cairan coklat yang harus aku minum saat itu.

“ Oh begiitu yah! Apapun akan aku lakukan, agar aku tidak hamil !!! Aku gak peduli tubuhku akan rusak, yang terpenting aku nggak hamil. “

Semakin lemah rasanya tubuh ini menanti datangnya haid. Terus kupanjatkan doa dan berjanji tidak akan melakukan perbuatan itu lagi, sampai tiba waktunya aku memiliki suami. Tak habis kuberpikir, kenapa rasa sayang harus dibuktikan dengan sex?

Aku jadi benci dengan sex. Aku mulai dingin ketika kekasihku menyentuhku. Tak ada lagi rasa hangat yang mengalir ke dalam darahku. Tak ada lagi hasrat untuk membalas cumbuan kekasihku seperti biasanya. Gairahku hilang melayang bersama angin kegelisahanku. Kekasihku menyadari hal itu dan tak hentinya pula ia mempertanyakan kemana hilangnya rasa sayangku untuknya. Aku tidak tahu, karena semuanya kurasa hambar tak berasa, yang teringat jelas diotakku hanyalah rasa dosaku kepada Tuhan.

Aku masih malu pada Tuhan, ingin kutertawakan diriku sendiri, mempertanyakan rasa maluku kepada Tuhan ketika aku berbuat. Huhhh betapa hinanya aku. Aku kotor dan sekarang dengan gagah berani nya aku memohon kepada-Nya agar tidak terjadi pembuahan. Aku sangat yakin Tuhan akan mengabulkan semua doaku. Sekali lagi aku mentertawakan diriku.

Aku memandang orang-orang disekitarku. Aku merasa sangat kecil, aku malu berhadapan dengan mereka. Kepercayaan diriku berkurang, aku merasa mereka sedang menertawakanku, apalagi saat itu aku memakai kostum polkadot biru aneh dengan riasan make-up super tebal. Wajahku semakin pucat, tapi kupaksa bibirku yang dipoles lipstik merah menyala melebihi garis bibirku itu tersenyum.. Hari ini aku harus menghibur hati-hati kecil yang mulia.

“ Selamat ulang tahun kami ucapkan..selamat panjang umur...”

Suaraku menghiasi ruang yang penuh dengan hiasan meriah, diiringi suara para malaikat mungil. Hari itu, aku berada di sebuah pesta ulang tahun seorang anak berusia 5 tahun.

“ Kakak Badut, dongengnya mana? “ kata seorang anak kecil membuyarkan lamunanku.

“ Kita akan dongeng setelah potong kue dan kalian harus menghabiskan makan malam kalian terlebih dahulu. Setelah itu, baru kakak akan berdongeng untuk kalian “ kataku tersenyum sambil menatap jernih mata itu.

Ya. Aku senang mendongeng, Saat aku menjadi badut di pesta ulang tahun, aku selalu berdongeng.. Ada sebuah kedamaian dan kesejukan di hatiku, saat aku berdongeng untuk mereka. Biasanya aku mendongeng hingga mereka terlelap sampai akhirnya orang tua mereka masing-masing mengangkat mereka pulang ke rumah mereka masing-masing. Saat itu tugasku sebagai seorang wanita usai, karena telah mengantar anak-anak tersebut ke dalam buaian mimpi.

Di depan cermin, kubersihkan hiasan wajahku. Ku pandang cermin tersebut, dan aku teringat akan sesuatu. . .

Hari ini, ibu tak hanya berdongeng untuk mereka, tapi untuk kamu juga sayangku.. Kamu pasti suka dengan dongeng tadi. Itu cerita favorit kita dulu. Setiap malam, selama 3 bulan, tak ada bosannya ibu menceritakan cerita itu. Cerita tentang persahabatan, agar kamu kelak dapat menyayangi dan mencintai orang dengan tulus apa adanya. Ibu yakin, kamu pasti tersenyum di dalam rahimku mendengarkan dongengan ibu.”

“Ibu selalu berdoa untukmu anakku. Anak yang tidak pernah aku lahirkan karena ketakutanku. Aku berdoa agar engkau senantiasa memaafkan aku yang telah membunuhmu karena ketidaksiapanku akan kehadiranmu. Jangan menangis sayang, sampai detik ini tidak ada yang menggantikan kehadiranmu.”

“Yakinlah, hanya kamu buah cintaku seorang. Tak ada buah cinta yang lain. Sampai saat ini, ibumu tidak memiliki anak karena ibu tidak bisa mengandung, karena kesalahan, ketakutan dan keegoisan ibu yang dengan paksa menghentikan pembuahan kehadiranmu di dunia ini.”

“Tenang anakku, aku telah dihukum oleh Tuhan dengan tidak dapat memiliki penggantimu, karena aku telah mengenyahkanmu dari rahimku. Kenanglah tiga bulan masa terindah dalam hidup kita. Hari-hari yang paling membahagiakan bagiku. Aku tidak akan memiliki tiga bulan itu lagi sayang. Hanya engkaulah satu-satunya buah cintaku.”

Saat ini, Ibumu telah memilih untuk terus sendiri mengenang dirimu tanpa suami dan tanpa anak. Hanya engkau hidupku. Aku hanya menunggu waktuku tiba agar aku bisa bertemu wajahmu di akhirat. Semoga Tuhan mengabulkan permintaanku.”

Tidak ada komentar: